Pulung Gantung merupakan mitos yang masih dipercaya masyarakat Gunung Kidul dan membuat kekhawatiran pada setiap aktifitas mereka. Mitos tersebut bermula pada kepercayaan mereka terhadap sebuah bola api yang mempunyai ekor. Ketika bola api itu berhenti di salah satu rumah, maka keesokan harinya akan ada salah satu anggota keluarga yang bunuh diri dengan cara gantung diri.
Dilansir dari liputan6.com , ada seorang warga bernama Zuhri yang pernah melihat Pulung Gantung ketika usianya masih delapan tahun. Penampakan tersebut dia lihat sekitar tahun 1980-an ketika dia sedang berada di sungai tidak jauh dari rumahnya yang terletak di Karangmojo. Ibu Zuhri berteriak ketika melihat Pulung Gantung tersebut. Kata masyarakat setempat, jika ada Pulung Gantung maka keesokan harinya ada orang yang bunuh diri. Namun jika Pulung Gantung tersebut sudah terlihat aslinya, maka tidak ada yang bunuh diri. Kejadian tersebut merupakan kali pertama juga terakhir yang dialami oleh Zuhri. Ketika Pulung Gantung berhasil membuat orang bunuh diri dengan cara gantung diri, maka terdapat tiga buah tanah berbentuk bola di dekat rumahnya. Jenazah tidak diperbolehkan untuk dimandikan dan disholatkan, jenazah juga tidak dikafani. Alasan yang melatarbelakangi hal tersebut adalah energi negatif yang terlanjur ada dalam jenazah akan menular pada orang lain apabila jenazah dimandikan, dikafani, dan disholatkan. Sumber liputan6.com juga menambahkan bahwa tercatat 90 warga bunuh diri di Gunung Kidul sejak tahun 2015 hingga November 2017. Bunuh diri mereka terbagi dalam dua cara, 88 orang gantung diri, sedangkan dua orang lainnya menceburkan diri ke sumur. Maka dari itu hingga saat ini masyarakat masih mempercayai mitos Pulung Gantung yang berkembang tersebut. Mitos merupakan salah satu hal yang berkembang dan masih dipercaya oleh masyarakat setempat. Sama halnya dengan legenda yang memiliki sejarah, mitos juga memiliki sejarah. Begitu pula dengan mitos Pulung Gantung yang masih sangat erat dengan kehidupan masyarakat Gunung Kidul. Diungkapkan oleh Sukardiyana selaku Kaur Tata Usaha dan Umum Desa Planjan, Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunung Kidul, adanya sejarah Pulung Gantung diawali dengan pertengkaran antara Kerajaan Majapahit melawan Kerajaan Demak. Pada saat melakukan perang, punggawa kerajaan, para prajurit, serta rakyat-rakyat yang setia kepada Raja Brawijaya V melarikan diri ke arah Gunung Kidul. Daerah Gunung Kidul dipilih karena dianggap wilayah yang susah dijangkau sehingga aman untuk melarikan diri. Pada saat melakukan pelarian, sebagian dari rombongan berhasil menjangkau Gunung Kidul tetapi sebagian lagi tewas dalam peperangan. Setelah berhasil sampai di Gunung Kidul, Raja Brawijaya V bersemedi di Pantai Ngobaran. Dia melakukan yang namanya muksa, yang berarti menghilang bersama raganya untuk menghadap Yang Maha Kuasa. Para pengikutnya juga melakukan hal sama yang dilakukan oleh Raja Brawijaya V. Namun hanya sedikit yang berhasil, sebagian besar gagal karena belum mencapai kesempurnaan seperti Raja Brawijaya V. Lalu pengikut yang gagal menjalankan muksa berubah jadi jenglot. Jenglot merupakan manusia berukuran kecil seperti boneka yang dipercaya masih hidup dan meminum darah. Pengikut yang tidak punya kemampuan seperti yang lainnya merasa frustasi. Mereka bingung karena sudah kalah perang lalu ditinggal oleh pemimpinnya. Rasa frustasi tersebut membuat mereka memutuskan untuk melakukan gantung diri secara masal. Pada saat peristiwa gantung diri tersebut, muncul energi negatif yang mana energi itu sampai sekarang masih berputar di atas wilayah Gunung Kidul dalam wujud bola api yang berekor. Sejarah tersebut yang membuat masyarakat yakin akan keberadaan Pulung Gantung yang mencari korban. Korban Pulung Gantung adalah orang yang sedang dilanda depresi atau frustasi berat. Mitos Pulung Gantung merupakan kepercayaan yang berkembang di daerah Gunung Kidul. Berdasarkan obrolan dengan Sukardiyana, kasus bunuh diri terakhir yang dialami di Desa Planjan adalah pada tahun 2013. Beliau memberikan informasi tambahan bahwa desa dengan kasus bunuh diri dalam satu tahun terakhir terletak pada Desa Kepek. Berdasarkan hal tersebut, Kecamatan Saptosari merupakan salah satu daerah dimana mitos Pulung Gantung berkembang sangat erat dalam masyarakat. Keberadaan Pulung Gantung sampai saat ini masih dipercaya oleh masyarakat Gunung Kidul. Seringkali kasus bunuh diri dengan cara gantung diri selalu dikaitkan dengan adanya mitos Pulung Gantung. Percaya atau tidak, berdasarkan sejarah yang disampaikan oleh Sukardiyana merupakan hasil dari cerita secara turun temurun yang memang berkembang pada masyarakat setempat. Pengalaman Sukardiyana pun juga memberi tambahan informasi mengenai penglihatannya terhadap sebuah bola berwarna merah yang dimaksud Pulung Gantung. Penglihatan tersebut beliau alami bersama dengan tetangga-tetangganya. Dia menambahkan bahwa pada akhirnya Pulung Gantung tersebut terbang jauh dari arah barat lalu jatuh ke timur.
0 Comments
Leave a Reply. |
ArchivesCategories |