Mitos Pulung Gantung memang masih erat sekali dipercaya oleh masyarakat Gunung Kidul. Walaupun ada masyarakat yang sudah agak menghiraukan mitos tersebut, tetapi sebagian besar masih menganggap bahwa jika ada yang bunuh diri karena gantung diri itu adalah perbuatan dari Pulung Gantung. Dilansir dari BBC Indonesia, salah satu warga Dusun Pakel, Kecamatan Saptosari bernama Yatemo (84) mengaku pernah melihat penampakan Pulung Gantung. Pada saat itu jam menunjukkan sekitar pukul 9 atau 10 malam. Lalu tiba-tiba lewat bola cahaya berwarna merah, bentuknya seperti gayung karena mempunyai ekor. Pada saat yang bersamaan, tetangga di sekitar Yatemo langsung membunyikan lesung dan kentongan. Setelah tiga hari, warga percaya bahwa Pulung Gantung tersebut sudah hilang dari dusun mereka. Karena satu hari setelah Pulung Gantung itu lewat, tidak ada kasus bunuh diri dengan gantung diri di dusun tersebut. Kisah penampakan Pulung Gantung sudah cukup banyak dapat dilihat pada media online. Tetapi ternyata terdapat fakta lain dibalik kasus bunuh diri dengan gantung diri yang sering dikaitkan dengan mitos Pulung Gantung. BBC Indonesia dalam tulisannya juga menambahkan bahwa terdapat seorang penyintas yang mencoba bunuh diri namun gagal. Sugeng Riyanto (23) merupakan salah seorang penyintas yang berhasil gagal dari percobaan bunuh diri yang dia lakukan. Sugeng mengungkapkan bahwa masalah ekonomi dan sakit adalah faktor penyebab dia melakukan bunuh diri. Pernah bekerja sebagai penjaga toko buku tulis selama setahun, Sugeng lalu berhenti karena pekerjaan tersebut tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Lalu selama setahun dia menganggur dan ibunya sudah tidak bekerja sebagai petani. Sempat mengikuti pemilihan kepala desa, namun penyakitnya kambuh karena faktor kelelahan. Pada saat itu Sugeng mengaku putus asa dan depresi. Frustasi yang dialaminya sudah menjadi titik nol dalam dirinya, sehingga dia memutuskan untuk mengambil tali dan melakukan bunuh diri dengan cara gantung diri. Bunuh diri itu gagal karena kayu tempat dia menggantungkan tali tiba-tiba patah. Bagi Sugeng, mitos Pulung Gantung hanyalah kepercayaan yang dibesarkan oleh masyarakat. Penyakit atau masalah bunuh diri dengan gantung diri itu kembali lagi pada tiap individu. Sukardiyana selaku Kaur Tata Usaha dan Umum Desa Planjan, Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunung Kidul tidak menyalahkan apa yang sudah dipercaya oleh masyarakat setempat. Namun beliau memberikan pernyataan lain bahwa orang-orang yang mengambil jalan bunuh diri dengan gantung diri itu disebabkan karena keputusasaan. Keputusasaan masyarakat berkaitan dengan kasus bunuh diri di Gunung Kidul dibagi menjadi tiga, yaitu: masalah ekonomi, sakit yang tidak kunjung sembuh, atau tujuan yang tidak tercapai. Ketiga hal tersebut merupakan alasan yang sangat rentan bagi masyarakat Gunung Kidul khususnya di Desa Planjan. Percintaan menjadi faktor penyebab dalam kasus terakhir bunuh diri yang diungkapkan oleh Sukardiyana. Pada saat itu, orang tua tidak merestui hubungan percintaan salah satu pemuda di Desa Planjan. Lalu karena sudah terlanjur cinta, pemuda tersebut akhirnya putus asa, dan akhirnya memilih jalan bunuh diri dengan gantung diri.
Sukardiyana menambahkan bahwa prosentase terbanyak faktor penyebab kasus bunuh diri di Desa Planjan adalah karena masalah ekonomi (45%) dan sakit yang tidak kunjung sembuh (45%). Sisanya dikarenakan tujuan yang tidak tercapai. Masalah ekonomi dan sakit yang tidak kunjung sembuh adalah dua faktor penyebab yang saling berkaitan. Masalah ekonomi merupakan salah satu faktor penyebab kasus bunuh diri di Desa Planjan. Tetapi menurut Sukardiayana, kesenjangan ekonomi di Desa Planjan tidak terlalu terpaut jauh. Hanya saja mungkin karena kebutuhan-kebutuhan lain yang tidak bisa dipenuhi yang membuat terjadi kesenjangan ekonomi. Mayoritas mata pencaharian masyarakat Desa Planjan 90% adalah petani. Semampu-mampunya petani pasti tetap ada batasannya, terlebih dari pola pemikiran ke depan yang juga masih sangat terbatas. Namun demikian aparatur desa sudah melakukan usaha preventif yaitu dengan memberikan tindakan secara psikologis (motivasi) agar dapat mengurangi kasus bunuh diri. Faktor sakit yang tidak kunjung sembuh juga merupakan alasan terjadinya kasus bunuh diri di Desa Planjan. Usaha orang yang sakit untuk menyembuhkan penyakit tersebut, kembali lagi pada kemampuan keluarga. Terkadang orang yang mengalami sakit yang tidak kunjung sembuh berpikir, daripada dia merepotkan keluarganya, lebih baik dia mengakhiri hidupnya. Hal seperti itulah yang memicu kasus bunuh diri semakin bertambah. Pemerintah sampai saat ini terus melakukan pemberdayaan dalam upaya menurunkan angka kasus bunuh diri di Gunung Kidul. Tindakan yang dilakukan pemerintah adalah memberikan motivasi dan bantuan kepada masyarakat yang tidak mampu agar mereka tetap berdaya sehingga tidak memikirkan hal-hal buruk yaitu bunuh diri. Sedangkan yang dilakukan oleh aparatur antar desa adalah dengan menjalin kerjasama lintas desa dengan puskesmas terkait untuk memberikan fasilitas berupa pelayanan psikologis terhadap masyarakat yang mempunyai masalah.
0 Comments
Leave a Reply. |
ArchivesCategories |